Peran Keluarga bagi Pendidikan Anak
Pendidikan anak
merupakan tanggung jawab keluarga, dalam hal ini orang tua. Orang tua adalah
orang sosok di luar diri anak yang pertama kali dikenali anak. Kelak, di hari
akhir, orang tualah yang akan dimintai pertanggungjawaban mengenai keberadaan
anak mengenai bagaimana dan apa yang diajarkan oleh orang tua. Sudahkah anak
mendapatkan hak pendidikan dari orang tua ini dengan baik? Selain itu, orang
tualah yang paling mengerti kondisi, watak, dan kemampuan anaknya. Namun,
fenomena yang terjadi sekarang ini banyak orang tua yang melimpahkan tanggung
jawab ini kepada pihak lain, dalam hal ini misalnya sekolah. Tentu saja hal
tersebut kurang tepat karena sekolah bukanlah penanggung jawab utama atas
pendidikan anak.
Lickona
(2012:48) dalam bukunya Educating for Character menyampaikan bahwa
keluarga merupakan sumbu pendidikan moral yang paling utama bagi anak-anak.
Orang tua adalah guru pertama mereka dalam pendidikan moral. Mereka jugalah
yang memberikan pengaruh paling lama terhadap perkembang moral anak-anak: di
sekolah, para guru pengajar akan berubah setiap tahunnya, tetapi di luar
sekolah, anak-anak tentunya memiliki orang tua yang memberikan bimbingan dan
membesarkan mereka selama bertahun-tahun. Lebih lanjut dikatakan bahwa besar
kasih dan sayang antara anak dan kedua orang tuanya, semakin kecil kemungkinan
anak-anak tersebut untuk terlibat dalam masalah hukum.
Anak adalah
anugerah sekaligus amanah untuk kedua orang tuanya. Menurut Sunarti (2904: 30)
ada dua alasan mengapa anak perlu
dicintai tanpa syarat. Alasan pertama, karena setiap anak pada dasarnya adalah
pemenang. Kemenangan masing-masing individu dalam melewati masa-masa kritis
dalam kehidupannya. Kemenangan setiap individu pada tahap pertumbuhan dan perkembangannya
mana pun memiliki makna bahwa kehadirannya di dunia ini mengemban fungsi dan
tugas tertentu yang telah digariskan Yang Mahakuasa, yaitu agar menjalani
kehidupan dengan baik. Oleh karena itu, setiap anak yang lahir ke dunia adalah
asset, adalah berharga, dan adalah layak untuk diperlakukan sebaik-baiknya.
Alasan kedua, pada hakikatnya setiap individu itu unik, tidak sama.Lebih
lanjut, hal tersebut berimbas pada berkaitan dengan nilai anak yaitu bagaimana
anak dipandang. Apa harapan orang tua yang ditumpukan terhadap anak? Sebagai
apa kehadiran anak dimaknai orang tua? Itulah nilai anak di mata orang tua. Sikap
dan persepsi seseorang menentukan tindakan. Demikian halnya dalam pengasuhan
anak. Pandangan atau persepsi orang tua mengenai keberadaan anak dalam
kehidupannya akan menentukan tindakan dan pola asuh anak
Keluarga adalah
sumber kepribadian seseorang. Di dalam keluarga dapat ditemukan berbagai elemen
dasar yang membentuk kepribadian seseorang. Tak dapat disangkal bahwa keluarga
merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar berinteraksi sosial. Melalui
keluargalah anak belajar berespon terhadap masyarakat dan beradaptasi di tengah
kehidupan masyarakat yang lebih luas kelak. Apa yang ditanamkan orang tua
adalah hasil dari persepsi orang tua terhadap anaknya. Orang tua umumnya akan
berusaha sebaik-baiknya memberikan apa yang mereka miliki untuk kebahagiaan
anak-anaknya. Akan tetapi hal ini bukan berarti secara otomatis mereka
melakukkan hal yang selayaknya mereka lakukan. Dasar pemikiran mereka benar adanya, namun yang sering terjadi
adalah cara pendekatan yang mereka lakukan kurang atau tidak sesuai dengan
kondisi yang dihadapi (Satiadarma, 2011). Oleh karena itu, orang tua harus
menyadari peran utama atas pendidikan anaknya.
Anak-anak yang kurang
kasih sayang akan menjadi rapuh kepribadiannya. Kurangnya perhatian anak dari
keluarga akan berimbas pada penurunan moral. Sebagai mana dikemukakan oleh
Lickona (2012:20-28) beberapa gejala penurunan moral, berupa kekerasan dan
tindakan anarki, pencurian, tindakan curang, pengabaian terhadap aturan yang
berlaku, tawuran antar siswa, ketidaktoleran, penggunaan bahasa yang tidak
baik, kematangan seksual yang terlalu dini dan penyimpangannya, serta sikap
perusakan diri. Kondisi ini tentu saja memprihatinkan karena anak adalah calon
generasi penerus bangsa. Mereka nantinya yang akan meneruskan tongkat estafet
kepemimpinan. Nasib bangsa Indonesia di masa depan ada berada di punggungnya.
Sebaliknya, anak
yang dilimpahi kasih sayang, tidak bergantung dalam mendambakan kasih sayang
dari luar, dirinya telah penuh oleh kasih sayang. Harapannya kasih sayang yang
berlimpah ini akan ditularkan denganmenyanyai orang lain, pada temannya, pada
gurunya dan pada masyarakat. Maka, tak pelak lagi bahwa keluargalah yang menanamkan
nilai-nilai kebaikan pada diri anak-anaknya.
Pendekatan yang sesuai dalam mendidik anak
adalah pendekatan kasih sayang dari keluarga. Kasih sayang orang tua terhadap
anak tidak dapat diukur dari seberapa sering mengajak anak berekreasi, seberapa
banyak memenuhi keinginan anak, dan
seberapa besar materi yang diberikan kepada anak. Betapa banyak anak yang
dilimpahi dengan materi, namun dirinya merasa kesepian dan kurang perhatian. Wujud
kasih sayang orang tua terhadap anak ini menyangkut perasaan, bukan materi. Harapannya,
orang tua menyadari pentingnya kasih sayang bagi anak, kemudian mewujudkannya
dalam berinteraksi bersama anak. Semoga dengan demikian, kelak anak-anak kita
menjadi generasi yang hebat, generasi yang bermartabat, dan menjadi generasi
yang disegani bangsa lain.Yakinlah, Indonesia akan kembali jaya akan
terwujud.di masa mendatang.
(Tulisan ini pernah dimuat di Bernas, edisi 31 Mei 2016)
Posting Komentar untuk "Peran Keluarga bagi Pendidikan Anak"