Ibadah Puasa dan Kebiasaan Baik
Sebentar lagi umat Islam akan
kedatangan tamu agung, yaitu Bulan Ramadan. Sungguh, puasa merupakan ibadah
yang istimewa. Betapa tidak, ibadah puasa Allah yang memberikan ganjaran secara
langsung. Tidak demikian dengan ibadah selain puasa. “Setiap amalan manusia
adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untukku dan Akulah yang akan
memberikan ganjaran padanya secara langsung.” (H.R. Bukhari).
Kita benar-benar perlu memerhatikan
perihal ibadah puasa ini mengenai bagaimana berpuasa seperti yang Allah
kehendaki sehingga mendapatkan ganjaran. Puasa memang menahan diri, tidak hanya
lapar, dahaga dan nafsu, tetapi juga segala perbuatan buruk. Menahan dari diri
dari hal-hal yang Allah telah melarangnya sehingga puasa tidak hanya sekadar
mendapatkan lapar dan dahaga.
Nah,
ibadah puasa yang istimewa tersebut akan lebih lengkap jika disertai dengan
ibadah lain seperti salat sunah, zakat (termasuk infak dan sedekah), beradab
islami, tadarus quran, membaca buku, menghadiri pengajian, tertib berjamaah,
serta pikiran positif. Dengan kata lain, puasa dapat dijadikan sarana
membiasakan kebaikan. Harapannya adalah setelah melewati puasa disertai
amalan-amalan baik lainnya akan meningkatkan kualitas kesalehan seseorang.
Umat muslim diminta mengerjalan
puasa agar menjadi hamba Allah yang bertakwa. “Hai, orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum
kamu agar kamu bertakwa.” (Q.s. Al Baqarah: 183)
Dalam buku 50 Butiran Hikmah, Syahrir Nuhun (2007: 27 - 29) menyampaikan bahwa
ketakwaan sesungguhnya tidak hanya dinilai dan diukur dari kesalehan personal.
Lebih dari itu, ketakwaan juga dinilai dan diukur dari kesalehan sosial dalam
kaitannya hubungan dengan sesama manusia.
Dari Qs. Ali Imran: 133 - 135 dapat
diuraikan lima indikator ketakwaan, yaitu 1) berinfak, baik dalam keadaan
lapang atau kesusahan; 2) mengendalikan emosi; 3) memaafkan kesalahan orang; 4)
membalas keburukan dengan kebaikan; 5) memohon pengampunan atas dosa-dosa yang
dilakukan.
Dari lima ciri yang dikemukakan
tersebut, empat ciri yang pertama semuanya berkaitan dengan kesalehan sosial
dalam arti hubungan dengan sesama manusia. Hanya cirri yang kelima saja yang
berkaitan dengan kesalehan personal dalam arti hubungan dengan Allah, Swt.
Sehingga puasa juga merupakan sarana memperbaiki kesalehan sosial.
Sementara itu, Agus Sukaca (2017) dalam
buku The 9 Golden Habits for Brighter Muslim menyampaikan bahwa suatu kebaikan itu harus dibiasakan.
Pada
kenyataannya, sebagian besar aktivitas manusia dari bangun tidur hingga tidur
lagi merupakan aktivitas yang berulang. Aktivitas yang telah menjadi kebiasaan
tersebut dilakukan secara otomatis tanpa dipikir akan mengalir begitu saja dan
energi yang diperlukan sedikit. Tahapan membiasakan berperilaku baik meliputi tahap
berpikir dan perekaman, tahap pelaksanaan, tahap perekaman (penyimpanan), tahap
pengulangan, serta tahap kebiasaan.
Yang
harus kita inga adalah bahwa dalam menjalani ibadah puasa akan ditemui
serangkaian hambatan atau tantangan, misalnya rasa kantuk, lepas, lapar, serta
dahaga. Namun hambatan tersebut harus kita takhlukkan. Harapannya, dengan
selesainya puasa, akan menjadikan kita sebagai pribadi yang bertakwa.
Posting Komentar untuk "Ibadah Puasa dan Kebiasaan Baik"