Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Petualangan Negeri Seribu Pintu



Pendidikan Nilai-Nilai Antikorupsi pada Anak

Judul               : Petualangan Negeri Seribu Pintu
Penulis            : Achi TM
Penerbit           : Talenta Rumah Pena
Cetakan           : I, 2018
Tebal               : 131 halaman
Peresensi         : Yeti Islamawati, S.S.


Ada sembilan nilai-nilai antikorupsi yang dikenalkan oleh KPK yang meliputi jujur, peduli,mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil. Setidaknya ada empat nilai antikorupsi yang diusung dalam novel anak berjudul Petualangan Negeri Seribu ini.
Secara misterius, Dewa dan Nina hilang di pohon akasia di tengah lapangan rumput yang luas. Pohon itu dijaga oleh seekor kucing berwarna hitam, dengan ekor belang kuning, putih, dan hitam, seperti permen lolipop. Menurut kepala desa, hanya anak nakal yang akan dihisap oleh pohon akasia di tengah lapangan rumput itu. “Jadi, kalau kamu anak baik, kamu tidak usah takut,” kata kepala desa pada suatu hari (halaman 4).
Jika Dewa dan Nina dihisap pohon akasia, artinya mereka melakukan kesalahan. Nah, kesalahan apa yang telah mereka perbuat?
Dewa anak yang sangat malas. Maunya hanya tidur dan makan. Ibunya sering kesulitan dalam membangunkan Dewa. Salah satu cara agar Dewa bangun yaitu dengan menyuruhnya makan. Pernah Dewa disuruh pergi ke pasar oleh bundanya, tetapi Dewa malah tidur di pos satpam. Saat bundanya meminta Dewa membantu mengemas makanan dalam kardus katering ibunya, Dewa hanya mau jika diberi es krim. Puncaknya, Dewa diberi amanah untuk menunggu sayur di atas kompor saat ibunya mengantarkan kotak nasi tetapi Dewa malah bermain yang hampir mengakibatkan kebakaran.
Adapun Nina, ia sering berbohong. Uang untuk bayar sekolah, ia belikan boneka. Pernah Nina melihat dompet seorang Bapak terjatuh, tetapi ia tidak mengembalikan dompet itu, malah digunakan untuk membeli es krim. Orang tuanya tak bosan-bosan selalu menasihati. Nina tak mengindahkannya.
Pohon akasia mengisap Dewa dan Nina saat keduanya bersembunyi dari orang tuanya. “Dilihatnya dari batang pohon bermunculan akar-akar kecil yang berjalan ke arah Nina. Nina menjerit ketakutan. Akar-akar itu menarik Nina hingga badan Nina memeluk sebatang pohon dan Blep. Nina menghilang!” (Halaman 20)
Ke mana mereka pergi? Sampailah mereka di Negeri seribu pintu. Mereka harus menemukan pintu tertentu agar bisa kembali pulang atau jika tidak, mereka terjebak selama-lamanya. Ternyata mereka bertemu satu anak lagi, bernama Firman. Ia dihukum karena sering bolos saat pelajaran berhitung.
Petualangan mereka pun dimulai. Negeri Seribu Pintu merupakan dunia ajaib dengan pintu yang jumlahnya sangat banyak, mungkin lebih dari seribu. Setiap makhluk hanya boleh melewati satu pintu. Belum ada yang tahu siapa sesungguhnya Raja Negeri Seribu Pintu. Ia hanya berbicara melalui perantaranya, Peri Ibu Baik dan Peri Bapak Baik.
 Sepanjang petulangan, Nina, Dewa, dan Firman didampingi oleh seekor burung hantu dan tentu saja Kucing Lolipop. Mereka mendapatkan tiga buah kunci yang akan menjadi petunjuk dalam petualangan. Kunci itu akan bersinar dan memberi isyarat ketika mereka melakukan perbuatan baik. Ada banyak rintangan dan hambatan yang harus mereka hadapi. Misalnya saja mereka oleh diuji oleh rasa lapar dan haus. Juga diuji kemampuan fisiknya untuk terus mengembara. Terdapat pula teka teki yang harus mereka pecahkan dengan baik. Sejatinya, semua itu yang nantinya akan mengubah perangai buruk menjadi baik. “Semua orang pasti pernah berbuat salah, pun diri kita. Hanya manusa yang sabar yang mau mengakui kesalahan mereka. Dan hanya manusia cerdas yang mau memperbaiki kesalahan mereka,” (halaman 2).
Sebuah novel yang mengajarkan untuk selalu berusaha. “Saat kecil, kita belajar berjalan. Namun, kita tak pernah mengeluh sat terjatuh ke tanah. Meski kotor, meski sakit, kita tetap bangun dan kembali berjalan. Maka kini, ketika hidup membuatmu merasa sangat sulit, teruslah berjalan. Walau terjatuh, kamu masih punya jalan yang bisa kamu lalui di depan sana,” halaman 90.
Buku ini cocok dibaca oleh anak-anak maupun orang tua dalam menanamkan pendidikan nilai-nilai antikorupsi.




Yeti Islamawati, S.S., 
Guru dan Penulis
Yeti Islamawati, S.S.
Yeti Islamawati, S.S. Jika aku punyai "impian", maka aku akan berusaha mencari jalan untuk mewujudkannya. Dalam rentang waktu tahun 2016 hingga tahun 2020 ini, alhamdulillah, ada lebih dari seratus karya saya, termuat di media massa, antara lain Harian Analisa, Harian Bernas, Harian Bhirawa, Harian Singgalang, Kabar Madura, Kedaulatan Rakyat, Koran Jakarta, Koran Pantura, Malang Post, Padang Ekspress, Radar Cirebon, Radar Madura, Radar Sampit, Radar Surabaya, Republika, Solopos, Tribun Jateng, Web Suku Sastra, Web Pergumapi, Majalah Pewara UNY, Majalah Hadila, Majalah Auleea, Majalah Bakti, Majalah Candra, Majalah Fatwa, serta Majalah Guru.

Posting Komentar untuk "Petualangan Negeri Seribu Pintu"