Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Resensi Buku Birunya Langit Cinta

 

Haru Biru Cinta Anak Remaja



Judul              : Birunya Langit Cinta

Penulis           : Azzura Dayana

Penerbit         : Indiva Media Kreasi

Cetakan         : Pertama, Maret 2019

Tebal              : 368 halaman

ISBN             : 978-602-5701-01-6

 

Kisah cinta anak SMA, tak habis-habisnya untuk dikupas dan dituliskan. Azzura Dayana penulis buku Birunya Langit Cinta menceritakan tentang kisah cinta anak SMA, dalam bingkai islami.

Cerita bermula saat Daiyah yang biasa dipanggi Dey selalu digoda sahabatnya Bella. Ia sangat menginginkan Dey punya gebetan atau pacar, padahal Dey sudah berulangkali menyampaikan prinsipnya bahwa ia tak mau punya pacar. Dey sendiri terkenal teguh memegang prinsip. Dey yang piatu menginginkan kisah cinta dalam koridor yang benar, seperti jalinan kisah cinta kedua orang tuanya. Sebagaimana cerita dalam diari peninggalan mamanya.

Untuk anak usia SMA, Dey memang punya pemikiran yang dewasa. Dalam sebuah kesempatan diskusi kelas, ia pernah menyampaikannya. “Menurut keyakinan saya begini: Hidup akan lebih baik jika terpola. Dan pola terbaik dalam menjalani hidup adalah agama kita. Jika saya melakukan ini dan itu, atau tidak melakukan ini dan itu, semua karena saya menginginkan hidup saya selaras dengan pola yang saya katakan tadi. Bahkan pola pergaulan terbaik hanya terdapat dalam agama ini. Jadi, tidak mungkin pergaulan kita menjadi tidak terbaik apabila kita sudah menjalankan pola terbaik itu,” (hal 19). Pendapat itu ia katakana manakala temannya mengkritisi pola pergaulan Dey yang antipacaran.

Namun, bukan Bella namanya kalau menyerah begitu saja, ia selalu mencari cara bagaimana agar Dey dekat dengan laki-laki. Kesempatan itu ia peroleh saat malam hujan lebat sepulang dari perkemahan rohis. Awalnya Dey dibonceng Bella, tetapi tiba-tiba motor Bella rusak. Lalu, Bella menelepon dua orang, yaitu pacarnya dan salah satu guru yang menjadi bintang di sekolahnya. Namanya Sir Fatah. Seorang guru baru, masih muda, lajang, dan pintar, dan tentu saja banyak murid-murid perempuan mengidolakannya. Nah, terjadilah insiden itu. Dey menolak keras ide Bella, tapi rupanya tak ada pilihan bagi Dey karena hari sudah semakin mendekati tengah malam. Memang hanya sebentar boncengan itu, tetapi menyisakan cerita yang panjang.

Dey dan Sir Fatah menjadi gosip. Dey merasa citra baiknya hancur, terlebih ia salah seorang aktivis rohis. Akhirnya Dey pun disidang. Permasalahan mereda, tetapi ada rasa yang tumbuh berbeda di hati Dey. Ia menjadi sering kepikiran Sir Fatah. Panah asmara sedang menuju ke arah hatinya. Sementara itu, secara tidak sengaja, Dey pun tahu bahwa Sir Fatah juga menyukainya. Mungkin lebih mudah menjaga hati jika hanya satu pihak yang suka, tetapi, jika keduanya, tentunya berat dan tak mudah.

Dey pun mengambil keputusan karena ia yang menjalani hidup. “Duh, apakah hidup adalah dasar laut yang gagal disinggahi para penyelam?” Tidak, hidup adalah scuba diving itu sendiri. Kaulah penyelamnya dan dunia itu adalah dasar lautnya,” (hlm 300). Dey memutuskan kuliah di Bandung, untuk menggapai mimpi sekaligus agar leboh mudah dalam menetralisir hatinya.

Siapa sangka dalam perjalanan itu ia dipertemukan dengan sosok Jo, teman satu bangku di bus. Tak banyak percakapan di antara mereka karena Jo tahu, penumpang perempuan di sampingnya sedang galau. Ia hanya memberikan alamat adiknya agar Dey mempunyai teman bicara.

Bagaimana ending ceritanya? Apakah menikah muda dapat menjadi solusinya? Jika, ya, siapa yang menjadi jodoh Dey? Kisah ini seru untuk dinikmati hingga halaman akhir. Pembaca akan mendapatkan inspirasi bahwa, “Cinta tidak akan terlambat, bila sudah waktunya. Kita hidup untuk cinta sekarang dan yang akan datang, bukan untuk cinta masa lalu. Cinta yang tak pernah abadi, kecuali yang sah dari-Nya,” (hlm 360). Sebuah novel yang cocok dibaca oleh para remaja, juga orang tua agar mengerti dan lebih berempati pada dunia remaja.

 



(Telah dimuat di Radar Madura, 12 Oktober 2019)

 

Yeti Islamawati, S.S.
Yeti Islamawati, S.S. Jika aku punyai "impian", maka aku akan berusaha mencari jalan untuk mewujudkannya. Dalam rentang waktu tahun 2016 hingga tahun 2020 ini, alhamdulillah, ada lebih dari seratus karya saya, termuat di media massa, antara lain Harian Analisa, Harian Bernas, Harian Bhirawa, Harian Singgalang, Kabar Madura, Kedaulatan Rakyat, Koran Jakarta, Koran Pantura, Malang Post, Padang Ekspress, Radar Cirebon, Radar Madura, Radar Sampit, Radar Surabaya, Republika, Solopos, Tribun Jateng, Web Suku Sastra, Web Pergumapi, Majalah Pewara UNY, Majalah Hadila, Majalah Auleea, Majalah Bakti, Majalah Candra, Majalah Fatwa, serta Majalah Guru.

Posting Komentar untuk "Resensi Buku Birunya Langit Cinta"