Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Materi Pembelajaran Sastra: Ayo, Baca Puisi!



Assalamu’alaikum, jumpa lagi dengan Bu Yeti.
Kali ini kita akan belajar mengenai bagaimana membaca puisi.
Sering kan kita tahu tentang lomba baca puisi?
Nah, bagaimana cara kita berpuisi agar bisa tampil dengan baik?

Langkah berikut bukan semata agar menang lomba baca puisi. Dalam sebuah perlombaan, sah-sah saja jika kita berharap menjadi pemenang. Hal tersebut dapat menjadi stimulasi dna motivasi ketika berlatih. Namun, menurut saya, target utama kita dalam lomba baca puisi adalah dapat tampil dengan maksimal.
Saya sendiri sering menyampaikan pada siswa mengenai hal tersebut. Lakukan sebaikmungkin, karena kalau kita sudah melakukan dengan baik, kita tidak akan mempermalukan diri sendiri, orang tua, guru, maupun sekolah. Jika pun akhirnya tidak menang, orang akan tetap respek pada kita.
Itulah kenapa kemenangan itu sifatnya bonus. Dan itu rezeki dari Allah. Sehingga bahagia sewajarnya jika menang, dan sedih sewajarnya jika kalah.

Mari kita mulai.
Langkah pertama, pahami bahwa membaca puisi untuk diri sendiri tentu berbeda dengan membaca puisi untuk pementasan atau lomba. Jadi kita membaca puisi tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang yang menyaksikan atau mendengarkan.

Langkah kedua, tentu saja kita harus paham tentang puisi yang dibawakan.
Untuk memahami perlu beberapa melakukan hal-hal berikut
Membaca puisi dengan seksama.
Temukan kata-kata sulit, kemudian cari artinya di kamus.
Pahami suasana yang dibangun dalam puisi. Sedih, bahagia, semangat, penuh harap, atau lainnya.
Coba paraphrase puisi.
Ketahuilah makna yang terkandung dalam puisi, apa yang disampaikan penyair melalui puisi tersebut?
Sebagai pembaca, kita bebas memaknai puisi. Jadi pahami saja versi kita. Yang perlu kita tahu bahwa yang benar-benar tahu maksud puisi, tentu saja penulisnyalah yang paling tahu. Sebagai pembaca, kita bebas untuk memaknai puisi. Namun, tentu saja, kita harus memperhatikan tanda-tanda yang disampaikan oleh penulisnya.
Tentukan dalam puisi tersebut mana yang merupakan bagian klimak, sehingga dalam pembacaan pusi tidak datar seperti jalan tol.
Jika sudah memahami puisi, langkah berikutnya membaca berulang-ulang hingga hapal. Ya, benar, meskipun membaca puisi itu boleh membaca, tentunya kita tidak akan membiarkan mata bolak-balik melihat teks. Nanti menjadi kurang total dalam membaca puisi. Paling tidak, kita harus hapal 80 persen.
Bacalah puisi dengan baik, pastikan artikulasi tepat. Mulut yang terbuka dengan sempurna, akan mneghasilkan suara yang bagus pula.
Perhatikan volume suara, terlebih jika kita sudah tahu dalam perlombaan nanti setting panggung seperti apa. Oya, itulah kenapa datang ke pertemuan teknis (technical meeting) itu penting dan wajib. Suara baca pusi pastikan terdengar oleh audiens dalam satu rungan. Baca puisi tidak harus teriak-terika. Namun, yang terpenting sesuia dengan puisi yang dibawakan.
Bacalah puisi disertai gerakan. Pastikan gerakan apa pun yang kita lakukan tidak sekadar gerak, tetapi mendukung isi puisi.
Gerakan tubuh, tangan, dengan jangkauan yang lebih lebar dan besar.
Sebagai catatan, dalam lomba baca puisi, posisi juri tidak mesti berada di depan, ada kalanya juri duduk jauh di belakang penonton. Jangan sampai gerakan yang dilakukan hanya ala kadarnya sehingga tidak terlihat jelas oleh juri atau penonton.
Selain gerakan, halyang tak kalah penting yaitu ekpresi dan mimik muka. Harus sejalan dengan puisi yang dibawakan.
Jika kamu sudah berlatih dengan baik, sekarang teknis ketika lomba berlangsung.
Sebelum mendapatkan giliran maju (jika kita sudah tahu akan maju nomor berapa) lakukan afirmasi ketika hamper mendapat giliran baca. Jika belum tahu nomor berapa maju, pastikan begitu masuk ruangan, sebelum lomba dimulai segera lakukan afirmasi.
Seperti apa afirmasinya?
Pejamkan mata, bayangkan giliran kita mendapatkan giliran baca puisi. Bayangkan bagaimana ketika kita akan meninggalkan tempat duduk menuju panggung, ketika mmebaca puisi, hingga ketika turun panggung dan duduk kembali.  Tidak perlu keras-keras. Ingat, mendekati giliran baca puisi, kita justru jangan teriak-teriak dalam berlatih. Suara kita bisa habis energinya.
Nah, sekarang tiba giliran kita maju.
Berjalanlah dari tempat duduk menuju panggung, dengan jalan, pede, dan tetap rileks.
Sampai panggung diam sejenak, lihat penonton. Rasakan sensasi menjadi pusat perhatian. Tersenyumlah.
Lakukan penghormatan dengan membungkukkan badan secara sempurna. Selain untuk memberi penghormatan kepada juri, gerakan ini membuat kita lebih rileks.
Berdiri tegak lagi buka kaki, pasang posisi nyaman dan kuat, seperti halnya kuda-kuda pada ilmu bela diri.
Pegang teks puisi, bebas dengan tangan atau kiri. Tidak terlalu tinggi, tidak terlalu rendah. Pastikan teks tidak menutupi wajah.
Teks puisi bisa kita laminating agar tetap rapi, tidak tertekuk sehingga ketika dibaca tampak jelas.
Jika puisi lebih dari satu lebar. Boleh delaminating per lembar atau bolak balik. Prinsipnya mudah ketika lanjut ke halaman berikutnya.
Baca judul puisi kemudian diikuti karya siapa. Boleh pula dibalik, penulisnya siapa diikuti judul puisi. Mana suka saja.
Misalnya:
Selamat Pagi Indonesia karya Sapardi Djoko Damono
Evi Idawati dalam Karyanya “Mengingatmu”

Mulailah membaca puisi seperti seperti kita berlatih. Upayakan lebih baik dari pada saat latihan.
Selesai baca puisi kembali lakukan hormat secukupnya. Tinggalkan panggung dengan langkah kaki seperti halnya ketika menuju panggung.
Selamat baca puisi.

Contoh Pembacaan Puisi
Puisi Mengingatmu karya Evi Idawati. Dibawakan oleh Rizki Ardianto:
Puisi Insaf karya Amir Hamzah. Dibawakan oleh Yusuf Rahman Muzakki:
Puisi Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana karya Mustafa Bisri. Dibawakan oleh Ika Retno Wulandari:

Yeti Islamawati, S.S.
Yeti Islamawati, S.S. Jika aku punyai "impian", maka aku akan berusaha mencari jalan untuk mewujudkannya. Dalam rentang waktu tahun 2016 hingga tahun 2020 ini, alhamdulillah, ada lebih dari seratus karya saya, termuat di media massa, antara lain Harian Analisa, Harian Bernas, Harian Bhirawa, Harian Singgalang, Kabar Madura, Kedaulatan Rakyat, Koran Jakarta, Koran Pantura, Malang Post, Padang Ekspress, Radar Cirebon, Radar Madura, Radar Sampit, Radar Surabaya, Republika, Solopos, Tribun Jateng, Web Suku Sastra, Web Pergumapi, Majalah Pewara UNY, Majalah Hadila, Majalah Auleea, Majalah Bakti, Majalah Candra, Majalah Fatwa, serta Majalah Guru.

Posting Komentar untuk "Materi Pembelajaran Sastra: Ayo, Baca Puisi!"