Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Resensi Buku Usaplah Gadgetmu untuk Keluargamu





Judul Buku   : Usaplah Gadgetmu untuk Keluargamu
Penulis         : Cahyadi Takariawan, dkk.
Penyunting   : Silvia Dewi dan Rochma Yulika
Penerbit       : Rumah Keluarga Indonesia (RKI),Yogyakarta
Cetakan       : I, Januari 2017
Tebal Buku   : xviii+229 hlm.


Gadget di tangan orang yang tepat akan menjadi sarana ampuh untuk menebar banyak manfaat. Namun sebaliknya, di tangan orang yang tidak tepat, bisa menjelma menjadi pisau yang siap menebas siapa saja.
Buku Usaplah Gadgetmu untuk Keluargamu karya Cahyadi Takariawan, dkk. setebal 229 halaman ini membahas tentang keberadaan gadget. Di zaman era modern ini, adanya gadget tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Sehingga, melarang sama sekali pengggunaan gadget juga bukan merupakan keputusanyang bijak. Kita perlu memanajemeni pengunaannya. Nah, buku ini hadir untuk memberikan solusi bagaimana menggunakan gadget secara tepat
Buku ini berisi beberapa kisah yang dapat dipetik dan diambil pelajaran. Secara garis besar terbagi menjadi dua bagian, yaitu mengoneksi dambaan hati dan menjaga sinyal hati.
Pada bagian pertama, dipaparkan hal-hal mengenai saat anak tersihir game. Ada sebuah kisah tentang seorang anak yang sekolah di boarding school, tiba-tiba raib dari sekolahnya. Tentu saja hal itu membuat panik kedua orang tuanya. Bagaimana mungkin anak yang biasa “manut” tiba-tiba bisa lepas kendali. Usut punya usut, ternyata anak ini menyelinap keluar asrama dan bermain game online di salah satu game center yang tidak jauh dari sekolah bersama beberapa temannya. Nasihat panjang lebar tidak mempan, tentu saja orang tuanya sedih. Puncaknya ketika dua hari anaknya tidak pulang, untungnya pada akhirnya keluarga berhasil menemukannya. Orang tuanya lalu berinisiatif berbicara dari hati-ke hati dan terjadilah solusi bersama. Si anak pun menerima hukuman yang mengubah perilakunya. Solusi itu berupa orang tua tidak melarang bermain game sama sekali, asalkan tetap dalam kewajaran dan  tetap memperhatikan kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan. Bagaimanapun, setiap keluarga mempunya cara menyikapi yang berbeda-beda.
Ada pula kisah yang membuat hati kita mencelos tentang seorang anak TK . terpapar dini pesona teknologi. Sebut saja Andri. Sejak bayi si anak ini tinggal bersama nenek dan kakeknya karena orang tuanya sibuk bekerja mengelola toko yang dijaga berdua setiap hari, pagi sampai sore dan kadang malam. Sang nenek ternyata juga mempunyai kesibukan bisnis sendiri di rumah. Mereka berpikir bagaimana caranya agar Andri betah bermain sendiri. Akhirnya, dibiarkan Andri duduk di depan televisi. Menonton televisi berjam-jam agar tenang, sementara kakek dan neneknya tidak terusik saat bekerja. Televisi menjadi teman setia sejak kecil. Nenek dan kakeknya hanya sesekali menengok melayani kebutuhan makan, pipis, dan sebagainya. Jarang diajak mengobrol, apalagi berinteraksi dengan teman seusianya. Akibatnya sampai duduk di TK Andri belum lancar berbicara. Keadaan yang membuat kita prihatin.
Dengan membaca buku ini, orang tua akan mempunyai gambaran bagaimana yang harus dilakukan dan kapan saat yang tepat untuk memberikan kepada anak-anaknya.
Pada bagian kedua dipaparkan mengenai bagaimana menjaga hati atas dahsyatnya pengaruh media sosia, terutama whatsapp. Alkisah ada seseorang dari masa lalu mengirimkan sebuah pesan lewat wa, Assalamualaikum, Hana. Masih ingatkah denganku? Teman SMP-mu dulu, yang setiap saat mengamatimu. Kita dulu pernah sekelas, di kelas 3 kalau nggak salah. Bangkuku berjarak dua baris persis di belakangmu. Aku dulu mengenalmu sebagai Hana yang teramat cerdas dan mandiri, dingin, dan suka pilih-pilih teman. Makanya aku tidak punya keberanian untuk sekedar menyampaikan bahwa aku memendam rasa kepadamu.. Bla..bla..bla.
 Kira-kira bagaimana tanggapan penerima pesan tersebut? Mungkin ada yang biasa-biasa saja alias cuek, tapi tidak sedikit yang lalu membuat wajah tersipu merah merona. Sungguh, smartphone itu dapat menjelma menjadi ulat yang menggerogoti sebuah mahligai pernikahan. Dalam buku ini juga dibahas kiat-kiat bijak menggunakan gadget agar hati tetap bersih.
Kesetiaan dan cinta dalam rumah tangga kadang tak selalu tampak indah bagai bunga yang merekah indah. Namun, ada ulat yang akan merusak keindahan mahkota bunga tersebut. Kita sebagai pemiliknya harus bisa menjaga ketika ulat mulai hadir untuk merusak keindahan mahkota. Sesegera mungkin kita harus membasminya.” (halaman 179)
Cahyadi Takariawan Penulis buku seri "Wonderful Family", memang selalu menghadirkan buku dengan bahasa yang lincah dan menyentuh, begitu pula kisah yang tersaji dalam buku ini dengan mudah tersampaikan kepada pembaca. Sampul buku ini mengambarkan keselurhan isi buku. Dominasi warna putih dan terdapat gambar gadget yang dialamnya dad foto sebuah keluarga. Bahkan gambar ini mewakili judul. Buku ini juga dicetak dengan bentuk unik, yakni kotak yang berukuran 15 x 17 cm. Selain itu menggunakan kertas yang cukup tebal. Buku ini juga nyaris tanpa kesalahan ejaan. Sayangnya, buku ini tanpa dilengkapi dengan pembatas buku Buku yang cocok dibaca oleh para orang tua, guru, dan pemerhati pendidikan karena isinya mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya gadget digunakan. Nah, terapkan pada gadget Anda.

(Termuat di Tribun Jateng, 19 Maret 2017)




Yeti Islamawati, S.S.
Yeti Islamawati, S.S. Jika aku punyai "impian", maka aku akan berusaha mencari jalan untuk mewujudkannya. Dalam rentang waktu tahun 2016 hingga tahun 2020 ini, alhamdulillah, ada lebih dari seratus karya saya, termuat di media massa, antara lain Harian Analisa, Harian Bernas, Harian Bhirawa, Harian Singgalang, Kabar Madura, Kedaulatan Rakyat, Koran Jakarta, Koran Pantura, Malang Post, Padang Ekspress, Radar Cirebon, Radar Madura, Radar Sampit, Radar Surabaya, Republika, Solopos, Tribun Jateng, Web Suku Sastra, Web Pergumapi, Majalah Pewara UNY, Majalah Hadila, Majalah Auleea, Majalah Bakti, Majalah Candra, Majalah Fatwa, serta Majalah Guru.

Posting Komentar untuk "Resensi Buku Usaplah Gadgetmu untuk Keluargamu"