Resensi Buku Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat
Memilih Apa yang Paling Penting untuk Dipedulikan
Judul : Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat
Penulis : Mark Manson
Penerbit : Grasindo
Cetakan : xxix, 2019 September
Tebal : 243 halaman
ISBN : 978-602-452-698-6
Hidup
adalah tentang tidak mengetahui apa pun dan kemudian melakukan sesuatu, apa pun
yang terjadi. Segala hal dalm kehidupan berlaku seperti ini. Tidak pernah
berunah, Bahkan saat Anda bahagia.
(hlm. 184)
Setiap manusia memiliki nilai, yang telah dipilih untuk kemudian
dihidupinya. Mark Manson, seorang blogger kenamaan dengan lebih dari 2 juta
pembaca, menyentak pembaca mengenai sebuah pemikiran yang kedengarannya sedikit
aneh.
Masa bodo sering dikaitkan dengan tindakan yang tidak memedulikan apa
pun. Namun jangan salah, buku ini justru mengajak pembaca untuk lebih mengenali
hal-hal apa yang seharusnya dipedulikan. Setiap manusia pasti akan meninggal
suatu saat nanti. Dalam waktu yang singkat, antara di sini dan di sana, perhatian
yang dimiliki terbatas, bahkan sangat sedikit. Jika manusia memedulikan setiap
hal dan setiap orang tanpa pertimbangan atau pilihan matang, tentu hidup akan
menjadi kacau (hlm. 15).
Untuk mengawai bukunya, Manson menyentil mengenai halikat kebahagiaan.
Sesuatu yang selalu dicari setiap manusia. Sejatinya, kebahagiaan itu tak
pernah benar-benar tercapai. Karena ketika sebuah kebahagiaan telah muncul, akan
ada lagi hal lain yang membuat tidak bahagia. “Hasrat untuk mengejar semakin
banyak pengalaman positif sesungguhnya adalah sebuah pengalaman negatif.
Sebaliknya, secara paradoksal, penerimaan seseorang terhadap pengalaman negatif
justru merupakan pengalaman positif (hlm. 10).
Sebetulnya, seperti apa ide sebuah seni untuk bersikap masa bodoh? Ada
tiga hal. Pertama, masa bodoh bukan berarti menjadi acuh tak acuh; masa bodoh
berarti nyaman saat menjadi berbeda. Kedua, untuk bisa mengatakan “bodo amat”
pada kesulitan, pertama-tama Anda harus peduli terhadap sesuatu yang jauh lebih
penting dari kesulitan. Ketiga, entah Anda sadari atau tidak, Anda selalu
memilih suatu hal untuk diperhatikan.
Orang biasanya selalu berusaha menghindari hal-hal yang menyedihkan,
menakutkan, serta menyakitkan. Padahal sejatinya, tak ada hidup yang bebas dari
masalah. Setiap orang memiliki masalahnya sendiri. Justru rasa ketidaknyamanan adanya
masalah tadi diperlukan demi perkembangan jiwa. Menyangkal luka tersebut sama
dengan menyangkal potensi diri sendiri.
Mempertanyakan nilai yang selama ini kita yakini kebenarannya pun perlu
dilakukan. Kadang kejadian saat terpuruk memberikan kesempatan untuk menimbang
ulang nilai-nilai yang telah dimiliki. “Kita membutuhkan semacam krisis
eksistensial yang memaksa kita untuk melihat secara objektif bagaimana kita
telah mendapatkan makna dalam hidup kita, lalu mempertimbangkan untuk mengubah
arah,” (hlm 179).
Mungkin dalam hidup pernah merasakan saat seperti tidak bisa melakukan
apa-apa, tak berdaya melawan keadaan. Solusi jitunya yaitu lakukan sesuatu.
Jangan hanya menunggu dan diam.
Banyak orang yang enggan tanggung jawab. Memang terkadang kesalahan brasal
dari pihak lain, tetapi diri sendirilah yang tetap bertanggung jawab terhadap
pilihan yang diambil. Orang ingin sukses misalnya, harus menyadari bahwa kesuksesan
terbangun dari kepedihan dan kegagalan. Manusia yang merasa layak mendapatkan
sesuatu tanpa berusaha, merasa berhak sesutau tanpa mau berkorban, adalah
pribadi yang manja.
Pada akhir bab, Manson mengajak pembaca untuk merenungi hakikat
kematian. Bayangan kematian yang pasti datang, seharusnya membantu diri untuk
memanfaatkan hari-hari dengan sebaik-baiknya, mengambil tanggung jawab atas
pilihan-pilihan yang telah diambil, termasuk juga mengejar mimpi tanpa perlu
merasa malu dan terkekang.
Peresensi
Yeti
Islamawati
Istruktur
Literasi Baca TulisNasional Regional Jawa
Guru MTsN 6
Sleman, DIY; WA 081252107744; surel yetiislamawati@gmail.com
Posting Komentar untuk "Resensi Buku Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat"