Resensi Buku Guru Menulis Merajai Kolom Opini
Sebuah Tantangan: Guru Menulis, Kenapa Tidak?
Judul :
Guru Menulis, Merajai Kolom Opini
Penulis :
Lilis Ummi Fa’iezah
Penerbit :
MATsNUEPA Publishing
Cetakan :
2018
Tebal :
xii + 215 halaman
ISBN :
978-602-5843-29-7
“Kata
kunci menulis adalah menulis, bukan berangan-angan untuk menulis. Banyak
kegiatan menulis dilakukan. Banyak lembaga yang menghadirkan pelatihan menulis
dengan nara sumber penulis handal. Semua itu hanya berhenti di tempat latihan
apabila guru tidak mempunyai keinginan untuk menulis.”
(halaman
61)
Menjadi
guru merupakan profesi mulia. Guru adalah kaum intelektual yang profesinya
berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bidang ilmuna.
Jadi, guru dituntut untuk selalu aktual karena ilmu pengetahuan itu bergerak dinamis.
Untuk menjadi seorang guru yang professional sekaligus menginspirasi, ia harus
selalu belajar tiada henti dan berusaha update
terhadap perkembangan dunia pendidikan. Berkutat dengan buku-buku pelajaran dan
segala macam administrasi merupakan makanan sehari-hari bagi guru. Namun, hal
tersebut tentu saja belum cukup menjadikan seorang guru professional.
Salah
satu cara efektif untuk meningkatkan kompetensi guru melalui melek literasi.
Guru dituntut menjadi manusia yang serba tahu sementara itu pada dasarnya ilmu
guru terbatas. Oleh karena itu, membaca buku sebagai solusinya. Namun,
kenyataannya masih berbicara lain. Guru yang seharusnya berteman akrap dengan
buku ternyata tidak gemar membaca buku.
Setelah
membaca, tahap selanjutnya menulis. Tugas guru sebenarnya tidak hanya mendidik
siswanya di sekolah saja, tetapi guru juga bertugas untuk mendidik orang lain.
Nah, cara mendidik orang lain yang di luar jangkauannya itulah melakukan
publikasi atas tulisan yang dihasilkan. Harapannya, ilmunya yang disampaikan
akan dibaca dan sampai pada orang lain. Sayangnya lagi, “Kesadaran menulis
belum sepenuhnya dipunyai oleh guru di negeri ini. Banyak guru yang justru
merasa terbebani dengan regulasi yang mengharuskan dirinya menulis. Dengan
alasan tidak suka menulis, tidak mampu, tidak ada waktu, bukan ranahnya, dan
banyak excuse guru menghindari
aktivitas menulis,” (hlm 11).
Lilies
Ummi Fa’iezah sebagai penulis buku ini mengajak guru untuk peka terhadap
situasi di sekelilingnya. Bahan tulisan bagi guru sebenarnya berlimpah. Hal
senada dikatakan oleh penulis terkemuka J.K Rowling, “Mulailah menuliskan
hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri.”
Secara
gamblang dalam buku ini dijabarkan bagaimana memperoleh bahan suatu tulisan.
Pertama, apa yang disampaikan guru kepada siswa dapat dijadikan sumber tulisan,
demikian pula dengan pengalaman guru dalam mengajar. Kedua, mencari bahan
tulisan dari membaca buku. Guru dapat mencatat hal-hal penting yang dikemukakan
pengarang. Suatu saat bisa dikembangkan dengan gaya bahasa sendiri.
Kegiatan
seperti gerakan menyumbang dan meninjam buku, pengadaan perpustakaan di ruang
guru, pemberian teladan oleh atasan dalam hal literasi, serta kegiatan diskusi
atau bedah buku merupakan langkah-langkah memupuk gerakan cinta buku.
Kiat-kiat
yang harus dilakukan setiap orang terutama guru sebagai penulis pemula untuk
menjaga mood menulis mencakup
memotivasi diri, mencari alasan untuk menulis, membuat target, menyediakan
waktu khusus, dan mulailah menulis.
Seringkali
guru mengikuti banyak pelatihan menulis. Namun, berhenti sekadar teori karena
tak juga segera mulai menulis. “Mulai menulis dengan melakukan aktivitas
menulis, tidak sekadar berangan-angan untuk menulis. Dengan langsung menulis,
akan muncul dengan sendirinya berbagai topik pendukung menarik yang mendukung
topik tulisan yang sedang ditulis. Jadi, jangan ragu untuk langsung saja
menulis,” (halaman 58). Jika tulisan telah selesai, guru perlu mulai berkawan
dengan media massa.
Tentu
saja semua membutuhkan proses, tak ada yang instan. Guru tak perlu terburu-buru
mengharapkan hasil tulisan yang sempurna, apalagi berharap langsung dimuat di
media massa.
Kelebihan
buku ini, walaupun materi yang diangkat cukup berat, tetapi penulis berhasil mengupas
tulisan dengan bahasa yang renyah. Selain itu, buku ini dilengkapi contoh outline atau kerangka tulisan sebagai
penuntun bagi pemula. Tak ketinggalan, disertakan pula contoh-contoh opini karya
penulis buku ini yang dimuat di berbagai media massa. Sedikit kekurangan buku
ini, terdapat beberapa kata yang salah ketik, luput dari tangan editor. Sebuah
buku yang sebaiknya dibaca oleh siapa saja, terutama bagi guru agar bersiap
menerima tantangan menulis.
Yeti Islamawati, S.S
Peresensi Buku
Posting Komentar untuk "Resensi Buku Guru Menulis Merajai Kolom Opini"