Resensi Buku Chika & Chiko
Mengajak Anak Menyayangi Binatang
Judul : Chika & Chiko
Penulis : Ukasyah Ammar
Penerbit : DAR! Mizan
Cetakan : I, 2019
Tebal : 84 halaman
Peresensi : Yeti Islamawati, S.S.
“Saya punya kelinci di rumah. Saya
beri nama dia, Bitty. Saya menyayanginya dengan cara memberinya makan,
memandikannya dengan pelan-pelan dan tidak kasar, serta memberikannya kandnag.
Jika kandang kotor, saya akan membersihkannya,” halaman 67).
Buku Chika & Chiko ini bercerita tentang kakak adik bernama Rino dan
Rina yang memelihara sepasang kelinci. Keduanya sangat menyayangi binatang
tersebut. Mereka rajin memberi makan sayur-sayuran dan wortel, mengajak bermain
saat pulang sekolah, dan bahkan berencana membelikan kandang untuk kelinci
mereka sebuah di toko online.
Suatu hari mereka hendak memandikan
kelinci. Mereka bersemangat menyiapkan sisir kelinci, sampo kelinci, handuk,
juga air hangat. Chika, kelinci milik Rina ketika hendak dimandikan
meronta-ronta, sepertinya menolak untuk dimandikan. Tentu saja hal itu membuat
Rina merasa jengkel. Saat Chika berusaha kabur dari genggaman, Rina
mencengkeram tubuh Chika dengan erat kemudian mengguyurkan air. Rina kemudian
memandikan dengan kasar. Selang beberapa waktu, kelinci Rina mati. Rina merasa
sangat bersalah dan menyesali perbuatannya.
Untungnya Ibu cukup bijak menasehati
Rina, “Oh, Rina tidak usah sedih! Bagaimana pun itu bukan salah Rina. Chika
memang sudah takdirnya untuk mati. Jadi, kamu harus menerima kenyataan yang
sudah terjadi. Hilangkanlah semua kesedihan yang ada dalam hatimu, Sayang,” Umi
menurutkan nasihatnya sambal tersenyum.
Rina mendapatkan kelinci lagi yang
ia beri nama Heyra. Rina khawatir tidak bisa mengurus Heyra dengan baik.
Sementara itu sesuatu juga terjadi pada Chiko. Pembaca tentunya penasaran untuk
membaca kisah lengkapnya dalam buku ini.
Selain ajakan untuk menyayangi
binatang, dalam buku ini juga terdapat kebiasaan-kebiasaan baik yang dapat
ditiru oleh anak-anak. Misalnya kebiasaan Rina dan Rino ketika pulang sekolah, mereka
langsung berganti pakaian, baru kemudian makan, tentu saja setelah berdoa
terlebih dahulu. Selesai makan mencuci piring, menaruh di samping tempat cuci
piring agar kering baru kemudian dipndah ke tempat yang seusai. Tak lupa mereka
memuji makanan sebagai tanda syukur. Rina juga rajin membantu Umi memasak. Hal
lain yaitu ketika akan pergi juga ganti pakaian untuk pergi yang tentu saja
menutup aurat. Selain itu, mereka mempunyai kebiasaan membaca buku secara
rutin..
Begitu pula kondisi di sekolah, saat
ada teman yang mengeluhkan jam kosong kok ada tugas, salah satu tokoh yang berkata,
“Hai! Kalau kamu tidak ingin belajar, silakan pulang! Kamu ke sekolah untuk
belajar, kan?” (halaman 37)
Gambaran indah keluarga mereka juga
begitu menginspirasi. Betapa orang tuanya sangat perhatian dan total dalam
mendampingi anak-anaknya. Orang tua juga menunjukkan keteladanan. Abi dan Rino
selalu jamaah salat di masjid. Misalnya saja saat subuh, Abi membangunkan Rino
yang masih terlelap. “Rino, bangun, Nak! Sudah memasuki waktu subuh nih! Ayo,
kita ambil wudu dan segera ke masjid!.
Kebiasaan bermusyawarah juga ada.
Saat itu Rina ngotot mengingikan kandang kelinci yang baru dan berwarna pink.
Padahal harganya sangat mahal, “Ish, Rina! Mengeluh lagi, deh! Lihat, nih!
Walaupun bekas, dari gambar kandangnya saja, masih layak pakai,m kok! Biar
tidak boros uang, jadi kita pilih yang ini saja. Ini yang paling murah dari
yang lainnya,” jelas abi sambil menasihati Rina yang senang mengeluh. (halaman
49).
Ukasyah Ammar, penulis buku ini
menceritakan kisah dengan hidup dan menggunakan gaya bahasa khas anak-anak.
Ternyata, apa yang ia tuliskan dalam buku ini terinspirasi oleh pengalaman dia
dan adiknya dalam memelihara kelinci. Sebuah buku yang layak dibaca terutama
oleh anak-anak, tetapi orang tua juga dapat menikmati cerita Chika dan Chiko ini.
Yeti Islamawati, S.S.,
Pegiat Baca Tulis
Posting Komentar untuk "Resensi Buku Chika & Chiko"