Resensi Buku Cinta Segala Musim
Sepasang Sayap yang Bertahan dalam Badai
Judul
Buku : Cinta Segala Musim
Penulis : Maya Lestari GF
Penerbit :
Indiva
Tahun terbit : Cetakan 1,
2016
Dimensi :
120 cm, 224halaman
ISBN : 978-602-1614-59-4
Genre : Fiksi Romance
Sepasang Sayap yang Bertahan
dalam Badai
Ada dua
hukum
perubahan. Pertama, hidupmu takkan
berubah jika kau tak mengubahnya. Kedua, untuk berubah yang perlu kau lakukan
adalah mengubah perspektif dan sudut pandang. Kedengarannya manis dan mudah.
Namun, percayalah, itu tak semudah yang dikatakan. Demikialah Maya Lestari GF
membuka novelnya.
Sinopsis
Ketika
Rampak, lelaki yang sangat dicintai Rae mengalami kejatuhan yang paling
menyakitkan dalam hidupnya, -yaitu ketika nama baiknya hancur, semua harta
bendanya habis untuk mengembalikan hutang untuk sebuah kesalahan yang bukan dia
pelakunya- Rae dipaksa menghadapi dua pilihan, tetap bersama Rampak dalam
penderiataan atau meninggalkan Rampak untuk menyongsong hidup yang lebih
nyaman. Di tengah guncangan yang melimbungkan, Rae memutuskan untuk menghadapi
semuanya. Jika Rampak tak menyerah, dia pun tak ingin kalah. Mereka harus rela
tinggal di rumah kontrakan yang sempit dengan fasilitas minim diperparah dengan
air yang keruh. Sering kali perih melanda keduanya. Namun Rampak dan Rae
memilih untuk menghadapinya.
Pada
akhirnya Rampak menemukan titik balik, saat Rampak membantu tetangganya
merenovasi rumah tetangganya yang sangat memprihatinkan bahkan kemudian Rampak
berhasil membangun perkampungan dengan rumah yang memanusiakan penghuninya. Rae
menemukan diri Rampak sebagai yang utuh. "Selama ini sisi lain hati Rampak
selalu mencari-cari sesuatu yang membuatnya utuh. Ternyata itu bukan Rae. Rae
selalu GR bahwa dirinyalah yang melengkapi Rampak. Bukan, bukan dia, tapi
sesuatu yang bernama kerja untuk kemanusiaan. Itulah yang mengutuhkan Rampak
(halaman 183).
Sudah menjadi kodratnya kehidupan manusia akan
diuji. Ketika ujian datang menyapa, tentu kondisi serba tidak mengenakkan.
Namun, kita mempunyai pilihan dalam hidup, yaitu bangkit dari keterpurukan atau
hanyut dalam kesedihan. Sebagaimana ketika pasangan hidup mengalami badai
ujian, sebagai pasangan hidup akan dihadapkan dua pilihan, untuk setia tetap
bersama atau pergi meninggalkan menyongsong hidup yang nyaman.
Di tengah maraknya berita perceraian, buku ini
menjadi sebuah oase. Mengajarkan untuk tetap bertahan dengan pasangan hidup
kemudian bersama saling menguatkan. Ujian yang sukses dilewati akan
meningkatkan kualitas pribadi hingga akan mencapai “maqom” yang lebih tinggi.
Novel berjudul Cinta Segala Musim karya Maya Lestri GF dapat dijadikan petunjuk
mengenai apa yang harus dilakukan dalam kehidupan pernikahan kala badai
menerpa. Novel ini tidak sekedar membahas drama prahara pernikahan. Lebih dari
itu. Dengan membaca novel ini pengetahuan pembaca akan sebuah rumah menjadi
terbuka lebar. Dalam novel ini bertebaran filosofi sebuah rumah. “Rumah bukan
sekat, tapi ruang. Apa yang kita sebut rumah, sebenarnya bukanlah bangunan yang
disekat, tapi lingkungannya secara keseluruhan. Dengan demikian, sebenarnya, halaman
adalah sebuah rumah juga.” halaman 48)”
Dalam novel itu juga dibahas seluk beluk dunia
arsitek melalui tokoh-tokoh yang diciptakan. Maya Lestari berhasil membuat
pembaca terhanyut dalam cerita sehingga merasa menjadi tokoh utama. Tak terasa,
air mata pun ikut tertumpah ruah. Selain itu juga mengajarkan makna jiwa
bisnis. Digambarkan sebuah bisnis akan lebih bermartabat jika dimulai dari nol
dan bukan dari modal pemberian orang tua. Mengajarkan bahwa laki-laki mempunyai
harga diri dan kecintaan pada seorang istri. Benarlah pepatah yang mengatakan
di balik lelaki yang hebat ada istri yang luar biasa.
Novel dengan latar belakang arsitek ini
mengingatkan pada novel berjudul Sepasang Albanna yang ditulis oleh Ari Nur
yang diterbitkan Mizan pada tahun 2003. Tentu saja dari alur segi
penceritaannya berbeda.
Tidak ada gading yang tak retak. Buku ini
mempunyai kekurangan yaitu beberapa ejaan yang kurang tepat. Selain itu, sampul
buku kurang menggambarkan isi buku yang lebih banyak berbicara tentang filosofi
rumah dan arsitek seorang seni kehidupan.
Terlepas dari kekurangan yang ada. Buku romantis
berbalut optimisme ini cocok dibaca oleh pasangan yang sudah maupun akan
menikah. Bahwa biduk rumah tangga itu bukan tanpa ujian, tetapi bagaimana
kekuatan suami istri untuk menghadapi dan keluar dari badai. Bukankah cinta
diciptaan agar kita sang menemukan. Bagaimanapun pada akhirnya ujian akan
mengantarkan pribadi yang diuji pada sebuah pemahaman yang selama ini dicari
dalam kehidupan.
Yogyakarta, 31 Agustus 2017
Posting Komentar untuk " Resensi Buku Cinta Segala Musim"